“Bagaimana kabar bakteri tersayang?” Pertanyaan KS tersebut mengingatkan saya pada bakteri-bakteri di inkubator. Aaakh… , bakteri-bakteri tersebut harusnya sudah saya ambil sejak lima hari lalu!! Tapi saya lupaaa.. Gawat.., saya makin pelupa, padahal saya kan masih muda, baru 17 tahun, ahahaha
Berdasarkan artikel yang saya baca, lupa terjadi apabila informasi yang masuk tidak mendapat “perlakuan” sebagaimana mestinya. Ada tiga macam lupa, yaitu forgetfulness, amnesia, dan demensia.
Pada forgetfulness, informasi dapat disimpan di memori jangka panjang, namun susah untuk diingat kembali ketika dibutuhkan. Pada amnesia, informasi masuk ke memori jangka pendek, namun proses penerusannya ke memori jangka panjang gagal dilakukan, sehingga informasi tersebut tidak dapat diingat kembali. Sedangkan pada demensia, informasi sama sekali tidak masuk ke memori.
Otak memiliki dua macam memori, yaitu memori jangka pendek dan jangka panjang. Memori jangan pendek dapat dianalogikan sebagai RAM. Informasi yang diterima akan disimpan disini dalam waktu singkat. Sedangkan memori jangka panjang bertindak sebagai hard drive yang akan menyimpan informasi di cerebral cortex yang memiliki 100 miliar neuron. Apabila ada informasi masuk, maka pengkodeannya dapat melibatkan ribuan neuron. Jika informasi ini tidak digunakan, maka pola koneksi yang terbentuk akan hilang. Sebaliknya, jika kita mengingatnya berulang-ulang, pola koneksi itu akan semakin kukuh.
Keputusan untuk menyimpan atau membuang informasi berada di bawah kendali hippocampus. Keputusan ini diambil berdasarkan dua pertanyaan. Pertama, apakah informasi tersebut memiliki arti emosional (tentunya nama first love akan tertanam lebih kuat dibandingkan nama pejabat negara, kan?! )? Kedua, apakah informasi tersebut berhubungan dengan hal yang sudah diketahui?
Jumlah neuron di otak memberikan kontribusi dalam kemunduran ingatan. Seperti kita ketahui, jumlah neuron tidak bertambah karena neuron tidak membelah seperti sel tubuh lainnya. Setiap hari kita kehilangan 100.000 neuron, jadi ketika kita berumur 70 tahun, kita akan kehilangan 20% dari 100 miliar neuron.
Kita hanya menggunakan 10% otak kita, sisanya adalah sel-sel “pengangguran” yang digunakan untuk mengantisipasi rangsangan tertentu dengan mengembangkan daya komputasi melalui peningkatan jumlah sel yang tersedia. Jika seseorang hidup dalam lingkungan yang sepi stimulus, maka sel-sel “pengangguran” akan mati (tuh, makanya jangan dibiarkan menganggur).
Hipertensi, kurang tidur, minum alkohol, disfungsi kelenjar tiroid, depresi, dan cemas bisa membuat kita menjadi pelupa karena menghalangi proses penciptaan memori baru. Selain itu, polusi udara juga berpengaruh buruk pada daya ingat.
Penyakit lupa dapat diatasi dengan istirahat yang cukup (tidur), meditasi, olah raga, menghilangkan perasaan cemas, dan tidak terlalu mempersoalkan masalah.
Tuh kan, supaya ngga jadi pelupa harus tidur. Jadi ngga salah kan kalo saya tidur di kantor waktu ngga ada supervisor, hihihi..
Peringatan: Please ini mah…, don’t try this at your office!!
Recent Comments